Bicara Korea Utara (Korut) maka sebagian besar ingatan akan tertuju pada sosok pemimpin mereka saat ini, Kim Jong Un beserta sederet uji coba nuklirnya yang kontroversial. Korut memang terus berambisi memperkuat kekuatan militernya.
Korut sendiri punya sebuah sekolah militer yang ruang kelasnya dilengkapi dengan tank, simulator jet tempur, sampai peluncur granat. Namanya Sekolah Revolusi Mangyongdae, yang dikhususkan untuk anak laki-laki.
Mangyongdae Revolutionary School yang terletak di Distrik Mangyongdae, memang bukan sekolah biasa. Di sanalah para loyalis Korut ditempa, di sana pula, Korut mencetak prajurit-prajurit militer andal.
Seperti apa sih sejarah dari Sekolah Revolusi Mangyongdae di Korut tersebut? Lalu, apa saja keunggulannya sebagai sekolah militer terbaik di Korut?
Sekolah itu sendiri didirikan oleh pendiri Korut, Kim Il Sung, untuk mendidik anak-anak yatim piatu yang orang tuanya tewas dalam perang melawan Jepang. Saat ini sekolah itu jadi salah satu sekolah favorit di Korut, serta institusi yang menelurkan barisan elite penguasa Korut.
Terdapat patung perunggu Kim Il Sung dan putranya, Kim Jong Il di sekolah tersebut dan posisinya menghadapi ke lapangan bermain. Di situlah tempat 1000 anak laki-laki digembleng memakai seragam militer yang dirancang khusus oleh Kang Pan Sok, istri Kim Il Sung, alias ibu dari Kim Jong Il.
Di sana, kesan militer meang sangat kental, apalagi para siswanya memiliki postur badan yang tinggi. Selain itu, mereka juga berkepala plontos ala tentara.
Lantaran tak ingin melahirkan prajurit ala kadarnya, sekolah tersebut menerapkan standar tinggi. Sejak awal bergabung, para siswa dididik secara militer dan benar-benar sangat disiplin.
Sebenarnya, sekolah itu sendiri meniru atau berkiblat pada Sekolah Militer Suvorov yang didirikan pemerintah Uni Soviet untuk anak-anak veteran perang yang yatim piatu. Namun, fungsi sekolah itu berubah jadi pabrik prajurit Korut.
Bahkan, ada yang menganggap fungsi sekolah tersebut berubah lantaran dikaitkan dengan keunggulan sekolah tersebut dengan militerisasi masyarakat Korut pada tahun 1960-an dan pengultusan Kim Il Sung.
Fasilitas yang terdapat di sekolah tersebut benar-benar lengkap. Ada berbagai simulator berbau militer untuk menunjang pembelajaran seperti simulator jet tempur, tank, dan pelontar granat. Fasilitas itu tentu untuk mendukung sekolah dalam mencetak prajurit-prajurit unggulan.
Selain kental suasana militer, sekolah tersebut juga kental dengan suasana perang karena banyaknya senjata yang ada di sana. Di salah satu ruang kelas tersimpan berbagai senjata.
Tak hanya itu saja, dinding di lorong-lorong sekolah juga berhias poster senjata, lengkap dengan keterangan yang detail. Bahkan ada foto-foto tokoh besar dunia yang dipajang di museum sekolah tersebut seperti diktator Zaire, Mobutu Sese Seko, Nicolae Ceausescu dari Rumania, dan Presiden Benin Mathieu Kerekeu.
Salah satu barang yang dipamer di museum tersebut adalah senapan yang dipegang Kim Il Sung. Nah, di sekolah itu sendiri, menembak jadi materi wajib yang diberikan kepada semua siswa.
Jadi, nantinya, semua siswa tanpa terkecuali, harus belajar menembak. Mereka tidak boleh berhenti berlatih jika belum mahir betul. Selain itu, mereka juga dilatih menggunakan senjata tajam seperti pisau, untuk menyerang lawan.
Meski diajarkan menggunakan senjata api dan senjata tajam, para siswa juga diajarkan bagaimana bertarung dengan tangan kosong. Lantaran para siswa harus bisa bertempur dengan tangan kosong, maka sekolah tersebut juga memberikan pelajaran bela diri, terutama taekwondo.
Seperti dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 26 Juli 2018, para siswa di sekolah tersebut mendapatkan enam mata pelajaran tiap hari dan durasi dari setiap pelajaran adalah 45 menit.
Separuh kurikulum sekolah didedikasikan untuk pendidikan politik dan ideologi bangsa, sementara Sekitar seperempatnya adalah pelajaran militer. Nah, sisanya baru pelajaran umum lainnya.
Diketahui, proses belajar mengajar di sekolah yang didirikan Kim Il Sung itu memang ketat. Hal itu diterapkan lantaran seleksi masuk sekolah tersebut memang tidak mudah.
Pertama, memang hanya mereka yang keturunan patriot loyal saja yang bisa bersekolah di sana. Namun, itu hanya berlaku dulu dan kini syarat masuk sekolah tersebut sedikit berubah, di mana para siswa harus memiliki kakek atau ayah yang terbukti sebagai pelayan negara yang setia.
”Kami mendidik putra dan putri patriot yang berjuang untuk partai, pemerintah, negara, tanah air, dan rakyat di sekolah ini,” ujar Wakil Direktur Departemen Pendidikan Mangyongdae Revolutionary School Kolonel Senior Kim Yong Ho.
Setelah lulus dari sekolah tersebut, para alumnus wajib menjadi prajurit Korut. Saat ini, menurut Kim Yong Ho, ada sekitar seribu siswa yang menuntut ilmu di sana.
Ternyata, Korut tak hanya memiliki Sekolah Revolusi Mangyongdae, yang diperuntukkan bagi laki-laki saja, tapi juga punya sekolah elite lain untuk anak perempuan bernama Kang Pan Sok Revolutionary School.
Sekolah tersebut terletak di Chilgol, pinggiran Pyongyang. Nama sekolah itu sengaja diambil dari nama mendiang istri Kim Il Sung. Sekolah tersebut juga didirikan di kampung halaman Kang Pan Sok.
Mangyongdae Revolutionary School maupun Kang Pan Sok Revolutionary School merupakan sekolah milik keluarga Kim Il Sung, sang bapak bangsa. Di era Kim Jong Il, sekolah itu menjadikan putra Kim Il-sung tersebut sebagai panutan.
Kini, di era Kim Jon Un, cucu Kim Il Sung itulah patronnya. ”Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un adalah orang tua seluruh siswa,” kata Letnan Choe Su Gyong, seorang staf Mangyongdae Revolutionary School.
Meski hubungan dua Korea membaik dan sedang bersama-sama merancang kesepakatan damai, para petinggi Korut bersikeras mempertahankan sekolah elite tersebut. ”Kami harus mendidik para siswa sebagai ujung tombak militer Korut,” ucap Kim Yong Ho.
Andrei Lankov dari Korea Risk Group mengatakan bahwa militansi siswa Mangyongdae saat ini memang berbeda dengan pendahulu mereka.
“Mereka lebih suka belajar bahasa asing dan pemrograman komputer daripada pistol dan cara membunuh manusia dengan pisau pendek,” kata Lankov.
Meski begitu, Kolonel Kim Yong Ho tetap tak memiliki keraguan dengan apa yang ada saat ini di sekolah tersebut. “ Kami harus mendidik anak-anak sekolah kami sebagai pasukan inti Tentara Rakyat Korut,” ujarnya.