General

Haye: Kritik Adalah Bentuk Dukungan Yang Paling Loyal

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Di era demokrasi seperti saat ini, masyarakat cenderung membela politisi favoritnya persis seperti membela tim sepakbola kesayangan. Artinya, para pendukung politisi itu berlomba-lomba untuk menunjukkan support-nya atas satu tokoh atau satu kelompok politik, hingga tidak ada ruang untuk kritik.

Hal itu bisa kita rasakan semenjak Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2014 lalu. Di mana pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa melawan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Tak bisa dipungkiri, kalau sampai sekarang Prabowo dan Jokowi masih punya pendukung garis kerasnya masing-masing.

Mereka yang mendukung Prabowo menganggap bahwa ketegasan dan kegagahan itu perlu untuk memimpin Indonesia, dan sifat itu ada pada Prabowo yang punya pengalaman di bidang militer. Sebaliknya, mereka yang mendukung Jokowi menganggap bahwa sosok yang dekat dengan rakyat lah, yang lebih pantas memimpin Indonesia.

Anggapan itu pun masih terus ada, bahkan mungkin akan berlanjut di Pilpres 2019 nanti. Sayangnya, ada beberapa hal yang dilupakan oleh masyarakat kebanyakan. Saat Indonesia sudah cukup bebas dalam melakukan sistem demokrasi, visi-misi yang dijadikan tujuan politik dan harapan orang kebanyakan mestinya tetap diawasi.

Setidaknya, itulah yang diamini pria bernama Hasan, pemilik akun Twitter @_haye_. Dalam kesempatan berbincang-bincang dengan ASUMSI, Ia bercerita bahwa ia begitu mengagumi sosok Menteri Keuangan Sri Mulyani. Saat Sri Mulyani bermasalah karena kasus Bank Century, Hasan kemudian membela mantan Managing Director Bank Dunia itu dengan berbagai argumen yang dilontarkannya di media sosial. Namun meskipun menjadi pengagum, Hasan juga tak segan-segan melayangkan kritik jika ia menilai kebijakan Sri Mulyani sudah melenceng terlalu jauh.

“Gue pengagum beliau [Sri Mulyani], tapi pada saat harapan itu tidak sesuai lagi sama apa yang kita harapkan dengan gagasan yang tadinya diajukan, maka itu jadi tanggung jawab kita untuk ngingetin,” kata Hasan.

Menu buka puasa @KemenkeuRI dengan jamuan host special @nufransa:

Nasi Gombal dengan telur integritas, dihidangkan dg bumbu transparansi dan sambal omong kosong.

Ditutup dg puding tipu daya dengan saos Luhut berhias kismis.

* plus kembalian 19 juta.— haye (@_haye_) May 26, 2018

“Gue sayang banget sama Bu Sri Mulyani, pada saat gue lihat dia [Sri Mulyani] keluar jalurnya udah terlalu jauh, justru gue merasa itu kewajiban gue banget untuk bersuara keras untuk itu. Di kasusnya yang belakangan ini, ya gue merasa penyelewengannya udah cukup jauh, gue merasa Bu Sri Mulyani yang gue kenal dulu enggak seperti ini,” ujarnya lagi.

Bagaimana cara berpartisipasi dalam demokrasi?

Hasan mengungkapkan bahwa dirinya golput (golongan putih) alias enggak memilih siapapun dalam hampir setiap kesempatan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Suaranya dipakai terakhir kali saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2012 lalu.

“Satu-satunya manusia yang pernah dapet suara gua yaitu Bang [ekonom] Faisal Basri. Di semua Pemilu yang lain gue golput. Menurut gue, suara gue mahal, jadi gue merasa enggak ada yang layak gua pilih,” ungkapnya.

Bagi Hasan, bentuk demokrasi yang paling loyal adalah adanya kritikan. Di zaman yang serba digital, para menteri dan anggota dewan akan lebih baik dapat kritikan dari netizen daripada harus harus berakhir di Komisi Pembarantasan Korupsi (KPK).

“Elo bisa [memilih] jadi warga negara yang bengong, ngedumel, main jempol, wisata kuliner, foto-foto Instagram lo, atau lo jadi pengkritik jadi bagian dari proses koreksi,” kata Hasan.

Berbeda dengan sistem khilafah yang hanya dipilih kemudian mengikuti semua  aturan yang ada, bagi Hasan, sistem demokrasi yang baik yang perlu dijalankan di Indonesia tidak hanya berfokus pada suara pemimpin, namun rakyat juga perlu bersuara.

“Kalau pakai analogi jalan, bahwa kita memberi mandat dia nyetir di jalan menurut gue kita harus hormati, karena bahaya kalau enggak ada yang nyetir. Tetapi juga penting untuk selalu ada yang mengingatkan dia bahwa ada jalan alternatif yang baik, bisa aja dia salah jalan,” ujarnya.

Share: Haye: Kritik Adalah Bentuk Dukungan Yang Paling Loyal