Bersatulah semua
Seperti dahulu
Lihatlah ke muka
Keinginan luhur kan terjangkau semua
Mungkin beberapa di antara kita ada yang enggak asing dengan lirik lagu di atas ya, tapi siapa pencipta dan pelantun pertamanya mungkin juga banyak yang enggak tahu. Lagu berjudul Pemuda tersebut adalah lagu yang cukup fenomenal milik grup vokal bernama Chaseiro, ciptaan Candra Darusman.
Nama Chaseiro sendiri berasal dari inisial para anggotanya; yaitu Candra Darusman (vokal, keyboard, gitar), Helmie Indrakesuma (vokal), Aswin Sastrowardoyo (vokal, gitar), Edi Hudioro (flute), Irwan Indrakesuma (vokal), Rizali Indrakesuma (vokal, bas), dan Norman ‘Omen’ Sonisontani (vokal).
Kalau kids jaman now pada enggak kenal semua nama-nama tersebut, tenang aja, kalian sepertinya memang belum lahir pada masa-masa keemasan Chaseiro, sebab grup itu tenar di tahun 1970-an. Pada Minggu malam, 6 Mei, lalu ternyata mereka masih kompak menghibur para penggemarnya di tahun jadinya yang ke-40 di Auditorium TVRI.
Konser dengan tema “Dunia di Batas Senja 40 Tahun Chaseiro, 90 Tahun Sumpah Pemuda” ini membuktikan bahwa persatuan yang sering mereka usung di dalam lirik lagu-lagunya bukan hanya sekadar wacana, namun ada bukti yang nyata. Bayangin aja, guys, banyak grup musik lain yang bubar karena tidak lagi satu misi, tapi hal itu enggak terjadi pada Chaseiro.
“Kami mensyukuri 40 tahun ini karena berawal dari sebuah vokal grup, akhirnya Chaseiro saat ini adalah pertemanan, persahabatan, dan bahkan persaudaraan,” kata Omen saat ditemui pada acara peringatan 40 tahun grup kesayangannya itu di Auditorium TVRI.
Chaseiro mulai dikenal publik ketika mereka berhasil menang dalam Festival Vocal Group Radio Amigos Jakarta pada 6 Mei 1978 silam.
“Kami waktu itu di kepala kami ya mau ikut festival aja, terus latihan. Malah kami waktu ikut daftar belum punya nama. Akhirnya ngarang aja, terus daftar. Alhamdulillah juara satu, dan alhamdulillah awet sampai sekarang,” tutur Omen.
Marusya Nainggolan, salah satu juri di festival itu juga berkesempatan hadir dalam peringatan 40 tahun Chaseiro. Ia bercerita, bahwa dulu jumlah peserta lomba itu sebanyak 105 grup, dan bukan hal yang mudah bisa memenangkan lomba Festival Vocal Group Radio Amigos.
“Waktu itu pesertanya 105 grup, saya pikir saat itu juri-juri meleleh. Itu tahun 1978, vokal begitu enggak gampang, lho,” kata Marusya sembari memberikan piala kembali pada Chaseiro.
Konser pada Minggu malam, 6 Mei, itu diawali dengan iringan permainan piano oleh Chandra dan lima personel Chaseiro yang berdiri di panggung untuk membuka konser dengan lagu Ku Lama Menanti. Setelah membuka acara, Chandra bilang bahwa hanya ada dua hal yang membuat mereka tetap bisa menjaga kekompakan sebagai sebuah grup musik.
“Resepnya cuma dua. Satu adalah rahmat dari Yang Maha Esa. Kedua adalah dukungan dari setiap insan yang hadir malam ini yaitu keluarga, teman-teman, dan seluruh keluarga kampus [Universitas Indonesia] kami,” kata Candra.
Rizali, bassist dan vokalis Chaseiro, pun menambahkan bahwa dirinya dan kawan-kawannya memang memiliki keinganan untuk berikan semangat persatuan kepada generasi penerus.
“Saat ini kami sudah sampai di usia KTP seumur hidup, tapi kami memiliki semangat agar suara persatuan kami akan tetap dikobarkan oleh penerus,” tutur Rizali.
Agar semangat persatuan dan kekompakan mereka tetap terjaga, Chaseiro juga berencana untuk ngebuat proyek Chaseiro Reborn, yang merupakan sebuah usaha untuk melatih musisi-musisi muda. Nantinya, musisi-musisi yang dilatih secara langsung oleh Chaseiro itu akan tampil di konser 28 Oktober mendatang.
“Kami memang memiliki keterbatasan ya, kami akan mencoba menggalang anak muda untuk meneruskan lagu-lagu kami, paling enggak pesannya tentang persatuan. Kami mau mencari tujuh bibit unggul,” ujar Chandra.